GAJI TERAKHIR
Abdullah adalah seorang Pekerja Konstruksi ,Sejak beberapa hari ini Buruh Perusahaan
Konstruksi ini mengeluh sakit kepada teman-temannya, Menurut temannya
istrinya selalu menelpon dengan nada kasar padahal Abdullah seorang
suami yang lembut kepada istrinya, Abdullah pulang sebulan sekali demi
berhemat.
Pagi ini,
Abdullah mengeluh sakit kepala dan panas dingin, selalu memegang
kepalanya. Istrinya masih terus menerus menanyakan gaji kapan di
transfer tanpa peduli dengan kesehatan Abdullah yang terkadang makan dan
minumnya tidak jelas di kawasan Industri.
Abdullah sudah ingin
diantar sama teman-temannya tetapi Abdullah pulang sendiri sekalian mau
ke ATM buat transfer gaji seluruhnya kepada istri yang selalu
dicintainya. Abdullah tidak mementingkan dirinya tetapi istri dan
anak-anaknya adalah utama baginya, hanya sayangnya sang istri tak pernah
mau tau kondisi Sang Suami.
Gaji Terakhir. Mungkin inilah yang
bisa dikatakan untuk Abdullah, Dari Lokasi kerja menuju ATM Rumah Sakit
Permata Keluarga, Berseragam Lengkap Perusahaanya. Setelah mentransfer
semua gajinya Abdullah terkapar dijalan raya dengan otak berceceran
karena sebuah truk melintas dengan cepat. Sang Supir dan Truknya kabur,
Jasad berseragam lengkap perusahaan konstruksi masih menempel itu
terkapar tak bernyawa. Seakan-akan Abdullah ingin mengatakan "Istriku
Sayang, Ini Gaji Mas yang terakhir, Titip anak-anak, Mas kuat disini"
(Padahal Abdullah jarang makan menurut rekan kerjanya), Abdullah selalu
berhemat demi istri dan anak-anaknya.
Innalillahi wa inna ilaihiroji'un (1 Jam Saya Dilapangan membantu Security menepikan kendaraan yang lewat, Sambil mengumpulkan informasi tentang Abdullah ini)
Saya terenyuh dengan Kisah Buruh ini, dari kisah ini saya bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga,betapa sayangnya seorang bapak kepada keluarganya ,bekerja keras banting tulang mencari nafka untuk keluarganya sampai rela mengorbankan dirinya menderita demi kebahagian keluarganya.
sumber : Haddad Assyarkhan
Twitter : @assyarkhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar