Rabu, 10 Februari 2016

GIANT SEA WALL #5
 
Giant sea wall atau tanggul laut raksasa Jakarta, rencana pembangunan yang masuk proyek masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) ini sudah memulai babak awal  pada 9 Oktober 2014. Keuntungan dari pembuatan Giant Sea Wall adalah banjir rob bisa dihadang, melindungi pantai utara Jakarta, tersedianya waduk air baku untuk suplai air bersih, dan jalan tol yang menghubungkan Bekasi dan Tangerang tanpa harus melakukan pembebasan lahan di wilayah padat penduduk. Air baku yang tersedia juga memiliki volume yang besar, yaitu 1 milyar m3 air baku.

Nanum  pembanguan ini akan menimbulkan beberapa dampak yang merugikan seperti
1. Dampak untuk Ekologi
Dampak yang nyata bagi ekologi khususnya pada beberapa ekosistem pesisir adalah alih fungsi lahan. Hal ini akan menimbulkan efek domino dan terjadilah bencana ekologi. Teluk Jakarta terdiri dari ekosistem mangrove, terumbu karang, pesisir, dan lamun. Dengan dibuatnya Giant Sea Wall, maka akan ada reservoir air tawar sebanyak 1 milyar m3 sebagai pengganti air laut. Tentunya hal ini akan menghancurkan seluruh ekosistem yang disebutkan diatas, karena ekosistem tersebut membutuhkan air laut sebagai medium untuk tumbuhnya.

2. Dampak Oseanografi
Teluk Jakarta merupakan muara dari 13 sungai besar yang berasal dari beberapa kota. Sungai ini membawa material tersuspensi dari proses mengalirnya air dari hulu ke hilir dan aliran sedimen. Material tersuspensi ini akan terbuang ke laut dan apabila terhalangi oleh Giant Sea Wall, maka akan terjadi akumulasi sedimen di Teluk Jakarta. Apabila terus terjadi sedimentasi, maka dikhawatirkan akan menyebabkan tersumbatnya aliran air di mulut sungai, dan terjadilah banjir akibat air yang tumpah ke sisi sungai.  Selain terjadi akumulasi sedimen, pengaruh yang tidak kalah berbahaya adalah akumulasi logam berat. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pembangunan Giant Sea Wall bertujuan juga untuk menyediakan reservoir air bersih. Namun kenyataannya, kualitas air akan menurun karena air dari masukan sungai akan terus terjadi dan air tersebut membawa kandungan logam berat terlarut seperti Pb, Hg, Cu, dan sebagainya. Akibatnya, terkonsentrasinya limbah dari beberapa sungai tersebut. Apabila ingin terus tersedia air bersih, maka dibutuhkan pencucian air secara kontinu. Dikhawatirkan, Giant Sea Wall hanya menjadi comberan raksasa daripada wadah air baku untuk masyarakat Jakarta. 

3.  Dampak Bagi Nelayan
Secara tidak langsung, dengan adanya Giant Sea Wall, nelayan yang beraktivitas disekitar Teluk Jakarta akan kehilangan mata pencahariannya. Saat ini saja, kehidupan mereka semakin sulit akibat dikuranginya subsidi BBM oleh pemerintah, namun hasil tangkapan mereka tidak linear seiring naiknya harga BBM. Selain itu, efektifitas penangkapan ikan oleh nelayan akan berkurang karena nelayan harus melaut jauh dari pantai hingga membutuhkan biaya yang lebih tinggi hanya untuk bahan bakar dan memperparah kesejahteraan nelayan.

   Solusi yang tepat sasaran yaitu dengan membuat kebijakan yang juga mementingkan aspek lingkungan dan dilibatkannya rakyat dalam pembangunan Giant Sea Wall. Pada satu sisi, terciptanya lapangan pekerjaan baru dan rakyat mengetahui maksud dari pembuatan Giant Sea Wall ini. Karena apabila terjalin komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat, maka maksud dari pembangunan ini tersampaikan dan tidak terjadi kontra yang berlebihan. Karena proyek ini menurut saya terindikasi hanya melindungi properti mewah yang dibangun di pesisir utara Jakarta. Selaras dengan pernyataan Dosen Teknik Kelautan ITB, Muslim Muin, Ph.D yang mengatakan, “Dampak giant sea wall malah memperparah banjir di Jakarta, merusak lingkungan laut Teluk Jakarta, mempercepat pendangkalan sungai, mengancam sektor perikanan lokal, dan menyebabkan permasalahan sosial.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar